Layaknya Manusia, Tumbuhan juga Butuh Hiburan !
- linkupunpad
- Apr 4, 2021
- 2 min read
Updated: Apr 5, 2021
Manusia sering mengaku kelelahan, stres, dan butuh hiburan karena menjalani keseharian. Satu di antara hiburan tersebut adalah musik. Musik diyakini dapat memahami suasana hati sebab mampu mengungkapkan pesan dan mengekspresikan rasa.

Padahal, layaknya manusia, tumbuhan juga butuh hiburan dari musik, sebagai media terapi untuk memberikan pertumbuhan yang optimal.
Bagaimana bisa?
Berangkat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Don Carlson (1980), “Frekuensi suara tertentu pada musik dapat membantu tanaman bernapas lebih baik sehingga dapat menyerap nutrisi lebih banyak”.

Jika manusia memiliki "mechanoreceptors" yang berfungsi untuk merespon tekanan, sentuhan, peregangan, gerak, dan gelombang suara, diperkirakan tumbuhan juga memiliki reseptor yang serupa.
Purwadaria (2002) dalam Aprilia (2017) menyatakan bahwa frekuensi gelombang tertentu dapat menggetarkan stomata dan merangsang pembukaan stomata yang dapat menyebabkan proses transpirasi pada tanaman. Yang artinya gelombang-gelombang suara tersebut memang dapat direspon oleh tumbuhan sebagai getaran.
Adakah kriteria musik yang bagus untuk tumbuhan?
Jelas ada, seperti yang kita ketahui ada tiga tingkatan frekuensi yaitu: infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik. Audiosonik untuk manusia dengan 20 - 20.000 Hz.
Sedangkan frekuensi untuk tumbuhan sendiri diperkirakan sekitar 3500 - 5000 Hz melalui penelitian Sonic Bloom (Pemanfaatkan gelombang suara dengan frekuensi tinggi yang mampu merangsang stomata tetap terbuka sehingga dapat meningkatkan laju dan efisiensi penyerapan unsur hara dan mineral pada media tumbuh tanaman).

Frekuensi tersebut umumnya merupakan frekuensi dari musik klasik dan keroncong (Susanti dkk, 2014).
Alhasil, jika tumbuhan diberikan musik rock, tentunya akan memberikan dampak yang berbeda. Bahkan, untuk musik yang bermakna kasar (umpatan, caci-maki) akan merusak tumbuhan. Wah, sensitif juga ya tumbuhan..
Unsur bunyi yang direkomendasikan selanjutnya adalah suara alam seperti suara kicauan burung, percikan air, hembusan angin, maupun deburan ombak. Bebunyian itu dianggap memiliki frekuensi suara yang spesifik serta relatif tidak bisa ditiru oleh alat musik.
Apakah ada yang menyadari dan menerapkan penelitian itu?
Ada. Di Indonesia sendiri, penelitian tersebut diterapkan oleh grup musik “bottlesmoker” pada Konser Plantasia. Mengawali karir pada tahun 2005, Bottlesmoker merilis lagu melalui internet hingga menggandeng studio luar negeri, sebab pembawaan musik yang segmented belum terbiasa diterima oleh label lokal Indonesia.
Angkuy, salah satu personel Bottlesmoker menyebutkan, "Sebelumnya kami sudah eksplorasi pada tumbuh-tumbuhan sebagai sumber bunyi, di Konser Plantasia ini kami ingin memberikan timbal balik kepada tumbuh-tumbuhan khususnya tanaman dengan menyajikan konser musik yang bisa membuat mereka bahagia."
Nobie, personel Bottlesmoker lainnya mengungkapkan, "Konser Plantasia ini menjadi bagian dari program Bottlesmoker untuk terus eksplorasi pada musik di lingkungan sekitar."
Duo elektronik eksperimental asal Bandung tersebut sebelumnya sering melakukan pertunjukan unik lainnya, seperti sound bath, sound healing, ecstatic dance, hingga Plantasia.
Wah, bahagia banget ya jadi tanaman kalau dapet perawatan seperti itu. Penerapan dari Bottlesmoker patut diteladani, ketika kita bisa mendapatkan kebaikan dari alam, tentunya kita harus bisa memberikan balas budi melalui karya kita. Uniknya dapet, manfaat pun ngga diragukan lagi.
Kalau pengen ngasih treatment tapi jauh dari Bandung, gimana dong?
Berikan saja musik klasik, siraman air, kebutuhan mineral dan unsur hara untuk tumbuhan dengan baik, serta jangan lupa mengunjungi laman Instagram Bottlesmoker sembari menunggu Konser Plantasia hadir di kotamu !
Jadi, tetap rawat tumbuhan dengan baik ya, tumbuhan itu sensitif !
Maytoru Isti Humansyah
210104180001
Kelas A MPM 2018
Comments